Senin, 20 Mei 2013

RESENSI


1. DEFINISI RESENSI

Pengertian Resensi

Resensi berasal dari kata resensie (bahasa Belanda). Kata resensie berasal dari kata recensere (bahasa Latin), yang memiliki arti memberi penilaian. Resensi dapat pula berasal dari kata review (bahasa Inggris), yang memiliki arti lebih luas, yaitu mengupas isi buku, seni lukis, pertunjukan, musik, film, drama, dan sebagainya. ( Definisi Resensi )


Pengertian Resensi

Resensi berasal dari bahasa latin 'recensere' artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Punya maksud atau makna sejajar dengan review dalam bahasa Inggris (Slamet Soewandi, 1977). Sedangkan menurut buku "Kamus Istilah Sastra" yang ditulis oleh Panuti Sudjiman (1984) dijelaskan bahwa resensi berarti hasil pembahasan dan penilaian
yang pendek tentang suatu karya tulis. Jadi, arti resensi mengacu kepada mengulas sebuah buku. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.


2. Menulis Resensi

Seperti yang telah kita pelajari, sebuah resensi buku adalah ulasan sekilas mengenai sebuah buku. Resensi biasanya mengandung penilaian tentang buku tersebut. Pada pelajaran ini, kita akan mencoba menulis resensi, khususnya resensi novel (sastra/popular). Sebuah resensi hendaknya objektif, singkat, menyeluruh, jujur, jelas pada sasarannya, bahasanya lugas, sesuai dengan selera / keterampilan pembaca. Oleh karena itu peresensi harus:

1) memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku,

2) menyadari sepenuhnya maksud menyusun resensi,

3) memahami selera dan tingkat kemampuan/kualitas pembaca,

4) menguasai ilmu yang berhubungan dengan buku yang akan diresensi.

Untuk menulis sebuah resensi, hendaknya perlu mengetahui unsur-unsur (hal-hal) yang perlu diulas dalam resensi.

Unsur-unsur sebuah resensi adalah :

1. Judul resensi

Judul resensi tidak sama dengan judul buku. Judul resensi harus mencerminkan isi resensi.

2. Identitas buku

Identitas buku meliputi judul buku, pengarang, penerbit, tempat dan tahun terbit, jumlah halaman, dan kalau perlu mencantumkan harga buku).

3. Riwayat kepengarangan

Riwayat kepengarangan ini mengemukakan latar belakang pengarang, perbandingan dengan karya-karya sebelumnya, penghargaan yang diperoleh pengarang.

4. Gambaran umum buku (sinopsis cerita untuk karya fiksi)

Menggambarkan isi buku secara singkat dan membuat pembaca tertarik membaca buku tersebut. Untuk karya fiksi dapat dilakukan dengan memberikan ikhtisar cerita secara singkat.

5. Kelemahan dan keunggulan buku

Kelemahan dan keunggulan buku dapat meliputi segi isi (isi buku, bahasa yang digunakan, teknik penulisan buku. Untuk karya fiksi bisa menguraikan kelemahan dan keunggulan tema, tokoh, alur, latar, amanat, dan sebagainya) dan segi fisik (perwajahan, bentuk dan ukuran huruf, penjilidan, jenis kertas, dan sebagainya).

6. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam buku.

7. Kesimpulan resensi

Kesimpulan ini berisi kesimpulan yang diperoleh peresensi terhadap buku yang diresensi, manfaat yang akan diperoleh pembaca jika membaca buku tersebut, golongan pembaca yang bagaimana yang perlu membaca buku tersebut, nilai buku jika dibandingkan dengan karya-karya yang lain.

Menulis resensi buku dapat dimulai dengan membaca dan memahami buku tersebut secara kritis. Memahami isi buku secara keseluruhan. Agar dapat memahami buku secara cepat bacalah kata pengantar dan pendahuluan, baca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang, kemudian baca keseluruhan isi buku, dan catatlah hal-hal yang penting.

Dalam menuangkan pada tulisan resensi, pertama, perkenalkan buku tersebut dengan menuliskan identitas buku. Berikutnya gambarkan isi buku secara singkat, termasuk maksud dan tujuan penulisan buku sebagaimana dikemukakan penulisnya (biasanya terdapat dalam kata pengantar penulis atau penerbit). Setelah itu berikan ulasan mengenai isi buku tersebut, kelemahan dan keunggulannya, baik dari segi fisik maupun substansi isinya. Terakhir, berikan kesimpulan mengenai buku yang diresensi.
3. Langkah-langkah Meresensi Buku

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat Anda gunakan untuk membuat resensi sebuah buku.

1. Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi:

· Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.

· Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.

· Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.

· Penggolongan / bidang kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.

2. Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.

3. Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan.

4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.

5. Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini:

· Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya.

· Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.

· Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.

· Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).

Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.

6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.

Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buku : Dasar-dasar Meresensi Buku
Penulis : DR. A.M. Slamet Soewandi
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Tahun : 1997
Halaman : 6 – 7

4. Contoh Resensi
Ketertindasan dan Kekuatan Perempuan Jawa




Judul : Hati Sinden

Penulis : Dwi Rahayuningnsih

Penerbit : DIVA Press

Terbit : I, Januri 2011

Tebal : 404 halaman



Ringkasan Cerita :

Perempuan Jawa adalah wajah ketertindasan. Ia tidak memiliki posisi yang sejajar dengan laki-laki. Sebaliknya, ia menjadi korban dominasi laki-laki. Di sini ada persekongkolan kultural kekuasaan yang menguatkan posisi dan peran tradisional perempuan.

Itulah yang dihadirkan oleh Dwi Rahayuningnsih lewat novel ini. Ia menghadirkan sosok perempuan Jawa dengan problem-problem budaya yang mengungkung. Namun, demi harmoni, mereka lebih memilih untuk “berdamai” dengannya.

Sayem, tokoh sentral dalam Hati Sinden, adalah simbolisasi perempuan Jawa tersebut. Ia berasal dari keluarga miskin. Dua kali ia diceraikan oleh suaminya. Pada perceraian ke dua, alasan yang digunakan ialah Sayem tidak dapat memberikan keturunan.

Perceraian itu ternyata tidak menghancurkan mentalnya. Meskipun dukanya mendalam, Sayem berusaha untuk bangkit. Ia tidak mau tenggelam dalam kesedihan. Ia terus mencoba untuk kembali menata hidupnya.

Ketertarikan Sayem kepada syair-syair Jawa klasik mendorongnya untuk menjadi sinden. Namun bukan uang ataupun popularitas yang dicarinya, melainkan ketenangan yang merasuk ke dalam hati saat ia melantunkan syair-syair Jawa yang penuh makna.

Sayem kemudian bergabung dengan sebuah grup karawitan. Di sini pun ia berhadapan dengan berbagai masalah, mulai dari perseteruan dengan sinden lain, hingga keinginan Priyo, pemimpin grup karawitan tempat ia bergabung, untuk menikahinya.

Hubungan Sayem dengan Priyo mengantarkan Sayem kepada pernikahannya yang ke tiga. Tetapi badai lagi-lagi melanda. Priyo tidak hanya ketahuan sebagai pria yang telah memiliki istri, namun juga terbongkar sebagai lelaki yang tergila-gila kepada perempuan lain.

Sayem akhirnya pasrah. Ia tidak bercerai dengan Priyo namun memutuskan untuk hidup berpisah dengan suaminya itu. Tanpa banyak bantuan dari Priyo, Sayem berusaha untuk membesarkan anak-anaknya.

Di titik inilah tampak Sayem tampil sebagai perempuan Jawa yang memiliki kekuatan. Meskipun ia berada dalam posisi yang terkalahkan, namun ia tidak melakukan pemberontakan dengan melawan kekuasaan. Sebaliknya, Sayem mencoba “bermain” dalam lingkar kekuasaan Priyo sehingga berhasil mengantarkan anak-anaknya ke dalam kehidupan yang lebih baik.

Lewat peran-peran dan nilai-nilai tradisional, Sayem berhasil menjadi pribadi yang kuat dan mengalahkan realitas dalam wilayah subordinasi yang mengepungnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sayem sendiri bahwa hidup adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran yang dijalankan (hal. 388).

Kesimpulan :

Novel ini seperti mengingatkan bahwa perempuan Jawa yang secara stereotip berada di bawah bayang-bayang kuasa dunia matriarki, memiliki potensi untuk menggeser hegemoni. Ia seakan mendekonstruksi struktur tanpa harus merevolusi konsepsi budaya yang telah mapan.

Kritik :


Kritik terhadap novel ini ialah, hingga separuh buku masih belum tampak dunia sinden seperti yang “dijanjikan” lewat judul. Jika saja Sayem dan dunia kesindenannya dikisahkan lebih awal, maka akan semakin banyak seluk-beluk dunia sinden yang menarik yang dapat disampaikan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar