Senin, 20 Mei 2013

RESENSI


1. DEFINISI RESENSI

Pengertian Resensi

Resensi berasal dari kata resensie (bahasa Belanda). Kata resensie berasal dari kata recensere (bahasa Latin), yang memiliki arti memberi penilaian. Resensi dapat pula berasal dari kata review (bahasa Inggris), yang memiliki arti lebih luas, yaitu mengupas isi buku, seni lukis, pertunjukan, musik, film, drama, dan sebagainya. ( Definisi Resensi )


Pengertian Resensi

Resensi berasal dari bahasa latin 'recensere' artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Punya maksud atau makna sejajar dengan review dalam bahasa Inggris (Slamet Soewandi, 1977). Sedangkan menurut buku "Kamus Istilah Sastra" yang ditulis oleh Panuti Sudjiman (1984) dijelaskan bahwa resensi berarti hasil pembahasan dan penilaian
yang pendek tentang suatu karya tulis. Jadi, arti resensi mengacu kepada mengulas sebuah buku. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.


2. Menulis Resensi

Seperti yang telah kita pelajari, sebuah resensi buku adalah ulasan sekilas mengenai sebuah buku. Resensi biasanya mengandung penilaian tentang buku tersebut. Pada pelajaran ini, kita akan mencoba menulis resensi, khususnya resensi novel (sastra/popular). Sebuah resensi hendaknya objektif, singkat, menyeluruh, jujur, jelas pada sasarannya, bahasanya lugas, sesuai dengan selera / keterampilan pembaca. Oleh karena itu peresensi harus:

1) memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku,

2) menyadari sepenuhnya maksud menyusun resensi,

3) memahami selera dan tingkat kemampuan/kualitas pembaca,

4) menguasai ilmu yang berhubungan dengan buku yang akan diresensi.

Untuk menulis sebuah resensi, hendaknya perlu mengetahui unsur-unsur (hal-hal) yang perlu diulas dalam resensi.

Unsur-unsur sebuah resensi adalah :

1. Judul resensi

Judul resensi tidak sama dengan judul buku. Judul resensi harus mencerminkan isi resensi.

2. Identitas buku

Identitas buku meliputi judul buku, pengarang, penerbit, tempat dan tahun terbit, jumlah halaman, dan kalau perlu mencantumkan harga buku).

3. Riwayat kepengarangan

Riwayat kepengarangan ini mengemukakan latar belakang pengarang, perbandingan dengan karya-karya sebelumnya, penghargaan yang diperoleh pengarang.

4. Gambaran umum buku (sinopsis cerita untuk karya fiksi)

Menggambarkan isi buku secara singkat dan membuat pembaca tertarik membaca buku tersebut. Untuk karya fiksi dapat dilakukan dengan memberikan ikhtisar cerita secara singkat.

5. Kelemahan dan keunggulan buku

Kelemahan dan keunggulan buku dapat meliputi segi isi (isi buku, bahasa yang digunakan, teknik penulisan buku. Untuk karya fiksi bisa menguraikan kelemahan dan keunggulan tema, tokoh, alur, latar, amanat, dan sebagainya) dan segi fisik (perwajahan, bentuk dan ukuran huruf, penjilidan, jenis kertas, dan sebagainya).

6. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam buku.

7. Kesimpulan resensi

Kesimpulan ini berisi kesimpulan yang diperoleh peresensi terhadap buku yang diresensi, manfaat yang akan diperoleh pembaca jika membaca buku tersebut, golongan pembaca yang bagaimana yang perlu membaca buku tersebut, nilai buku jika dibandingkan dengan karya-karya yang lain.

Menulis resensi buku dapat dimulai dengan membaca dan memahami buku tersebut secara kritis. Memahami isi buku secara keseluruhan. Agar dapat memahami buku secara cepat bacalah kata pengantar dan pendahuluan, baca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang, kemudian baca keseluruhan isi buku, dan catatlah hal-hal yang penting.

Dalam menuangkan pada tulisan resensi, pertama, perkenalkan buku tersebut dengan menuliskan identitas buku. Berikutnya gambarkan isi buku secara singkat, termasuk maksud dan tujuan penulisan buku sebagaimana dikemukakan penulisnya (biasanya terdapat dalam kata pengantar penulis atau penerbit). Setelah itu berikan ulasan mengenai isi buku tersebut, kelemahan dan keunggulannya, baik dari segi fisik maupun substansi isinya. Terakhir, berikan kesimpulan mengenai buku yang diresensi.
3. Langkah-langkah Meresensi Buku

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat Anda gunakan untuk membuat resensi sebuah buku.

1. Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi:

· Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.

· Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.

· Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.

· Penggolongan / bidang kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.

2. Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.

3. Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan.

4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.

5. Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini:

· Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya.

· Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.

· Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.

· Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).

Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.

6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.

Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buku : Dasar-dasar Meresensi Buku
Penulis : DR. A.M. Slamet Soewandi
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Tahun : 1997
Halaman : 6 – 7

4. Contoh Resensi
Ketertindasan dan Kekuatan Perempuan Jawa




Judul : Hati Sinden

Penulis : Dwi Rahayuningnsih

Penerbit : DIVA Press

Terbit : I, Januri 2011

Tebal : 404 halaman



Ringkasan Cerita :

Perempuan Jawa adalah wajah ketertindasan. Ia tidak memiliki posisi yang sejajar dengan laki-laki. Sebaliknya, ia menjadi korban dominasi laki-laki. Di sini ada persekongkolan kultural kekuasaan yang menguatkan posisi dan peran tradisional perempuan.

Itulah yang dihadirkan oleh Dwi Rahayuningnsih lewat novel ini. Ia menghadirkan sosok perempuan Jawa dengan problem-problem budaya yang mengungkung. Namun, demi harmoni, mereka lebih memilih untuk “berdamai” dengannya.

Sayem, tokoh sentral dalam Hati Sinden, adalah simbolisasi perempuan Jawa tersebut. Ia berasal dari keluarga miskin. Dua kali ia diceraikan oleh suaminya. Pada perceraian ke dua, alasan yang digunakan ialah Sayem tidak dapat memberikan keturunan.

Perceraian itu ternyata tidak menghancurkan mentalnya. Meskipun dukanya mendalam, Sayem berusaha untuk bangkit. Ia tidak mau tenggelam dalam kesedihan. Ia terus mencoba untuk kembali menata hidupnya.

Ketertarikan Sayem kepada syair-syair Jawa klasik mendorongnya untuk menjadi sinden. Namun bukan uang ataupun popularitas yang dicarinya, melainkan ketenangan yang merasuk ke dalam hati saat ia melantunkan syair-syair Jawa yang penuh makna.

Sayem kemudian bergabung dengan sebuah grup karawitan. Di sini pun ia berhadapan dengan berbagai masalah, mulai dari perseteruan dengan sinden lain, hingga keinginan Priyo, pemimpin grup karawitan tempat ia bergabung, untuk menikahinya.

Hubungan Sayem dengan Priyo mengantarkan Sayem kepada pernikahannya yang ke tiga. Tetapi badai lagi-lagi melanda. Priyo tidak hanya ketahuan sebagai pria yang telah memiliki istri, namun juga terbongkar sebagai lelaki yang tergila-gila kepada perempuan lain.

Sayem akhirnya pasrah. Ia tidak bercerai dengan Priyo namun memutuskan untuk hidup berpisah dengan suaminya itu. Tanpa banyak bantuan dari Priyo, Sayem berusaha untuk membesarkan anak-anaknya.

Di titik inilah tampak Sayem tampil sebagai perempuan Jawa yang memiliki kekuatan. Meskipun ia berada dalam posisi yang terkalahkan, namun ia tidak melakukan pemberontakan dengan melawan kekuasaan. Sebaliknya, Sayem mencoba “bermain” dalam lingkar kekuasaan Priyo sehingga berhasil mengantarkan anak-anaknya ke dalam kehidupan yang lebih baik.

Lewat peran-peran dan nilai-nilai tradisional, Sayem berhasil menjadi pribadi yang kuat dan mengalahkan realitas dalam wilayah subordinasi yang mengepungnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sayem sendiri bahwa hidup adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran yang dijalankan (hal. 388).

Kesimpulan :

Novel ini seperti mengingatkan bahwa perempuan Jawa yang secara stereotip berada di bawah bayang-bayang kuasa dunia matriarki, memiliki potensi untuk menggeser hegemoni. Ia seakan mendekonstruksi struktur tanpa harus merevolusi konsepsi budaya yang telah mapan.

Kritik :


Kritik terhadap novel ini ialah, hingga separuh buku masih belum tampak dunia sinden seperti yang “dijanjikan” lewat judul. Jika saja Sayem dan dunia kesindenannya dikisahkan lebih awal, maka akan semakin banyak seluk-beluk dunia sinden yang menarik yang dapat disampaikan.***

Kamis, 02 Mei 2013

Latar Belakang

Komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting sekarang ini di Indonesia.Berbagai macam alat komunikasi tersedia saat ini di Indonesia, dari telfon rumah, telfon genggam, internet data dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk penggunaan telfon genggam yang juga bias mengakses internet data harus menggunakan suatu chip yang ada di sim card. Setiap sim card yang pasti dikeluarkan oleh perusahaan layanan komunikasi atau yang biasa disebut dengan provider.Tersedia berbagai macam provider di Indonesia dengan keungulan masing – masing layanan yang tersedia.
Berbagai layanan yang berbeda dari etiap provider  inilah yang akhirnya mendiferensiasikan pola perilaku konsumen, karena konsumen memilik pola fikir masing – masing untuk menentukan pilihan provider yang menurut mereka cocok dengan kebutuhan masing – masing pengguna telfon genggam di Indonesia.
Perkembangan industry telekomunikasi pun telah berkembang cepat dengan adanya smartphone yang berbasiskan data internet dimana provider berlomba – lomba menyediakan layanan yang menarik sehingga menarik minat beli konsumen. Setiap provider menyediakan paket layanan untuk smartphone mulai dari full service akses, dimana semua layanan internet dapat digunakan dari email, browser, socnet, chatting dan akses yang lainnya. Ada juga provider yang menyediakan paket chatting, masing – masing provider menyediakan layanan tersendiri.Menurut data yang didapat dari Masyarakat Telekomunikasi Indonesia, pada tahun 2011, pengguna telepon seluler mencapai 235 juta pengguna. Dengan besarnya jumlah ini, dapat disimpulkan bahwa angka ini menunjukkan potensi pasar yang besar.
Provider telfon selular berlomba – lomba untuk menggaet konsumen sebanyak – banyaknya dengan berbagai macam layanan dari sms murah, internet dengan biaya murah dan akses cepat.
Dengan berbagai macam layanan yang ada, konsumen pasti kebingungan dengan berbagai  pilihan dan layanan yang tersedia dari masing – masing provider. Namun, tiap konsumen pasti memiliki alasan tersendiri untuk memilih provider yang akan mereka gunakan.

Analisis inilah yang akan kita teliti dengan menggunakan Theory of Planned Behavior, bagaimanakah pengaruh theory of planned behavior terhadap minat beli konsumen provider.

BINTANG

Bintang ......
Kenapa engkau tidak datang di malam hari ini
Kenapa engkau tidak menemaniku di saat aku kesepian
Aku sedang merindukan seseorang

Sosok sepertimu ...
Bagaikan bintang di angkasa

Engkauhlah sosok bintang di hatiku 
Suatu benda kecil yang bersinar di hati ini 

Dapatkah engkau menemani malam - malamku 

Menemani kesendirian ku ini
Aku butuh cahaya dari mu di hati ini 

LAPORAN

1. Pengertian Laporan

Suatu bentuk penyampaian berita,keterangan,pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada diantara mereka.Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.
Dan juga Merupakan sajian tertulis dari hasil kegiatan atau penelitian yang telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan atau penelitian.
Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan akademik, maka bentuk laporannya dapat berupa skripsi, tesis atau disertasi.

2. Fungsi Laporan

Fungsi laporan diantaranya adalah sebagai berikut:
- pertanggungjawaban bagi orang yang diberi tugas
- landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan/keputusan
- alat untuk melakukan pengawasan
- dokumen sebagai bahan studi dan pengalaman bagi orang lain.

3. Macam-macam Laporan

Macam-macam laporan menurut bentuknya:
- laporan berbentuk formulir
- laporan berbentuk surat
- laporan berbentuk memorandum (memo)
- laporan berbentuk naskah
- laporan berbentuk buku, biasanya laporan penelitian

4. Tujuan Laporan

Laporan adalah satu bentuk penyataan yang logikal dan tersusun. Ianya mengandungi bahagian-bahagian, tajuk-tajuk dan subtajuk-subtajuk. Sebab-sebab laporan ditulis;
• Mengenal pasti masalah
• Memberikan maklumat dan fakta
• Mencadangkan penyelesaian
• Mencadangkan tindakan yang perlu dilakukan
• Membuat kesimpulan
• Menilai sesuatu penyelidikan atau aktiviti
• Membuat rekod sesuatu peristiwa
• Menganalisi aktiviti perniagaan
• Mensintesis sesuatu pelan tindakan
• Menghuraikan sesuatu peristiwa, prosedur, tindakan dll.

5.Dasar – dasar membuat Laporan
a. Clear
Kejelasan suatu laporan diperlukan baik kejelasan dalam pemakaian bahasa, istilah, maupun kata-kata harus yang mudah dicerna, dipahami dan dimengerti bagi si pembaca.
b. Mengenai sasaran permasalahannya
Caranya dengan jalan menghindarkan pemakaian kata-kata yang membingungkan atau tidak muluk-muluk, demikian juga hal dalam penyusunan kata-kata maupun kalimat harus jelasm singkat jangan sampai melantur kemana-mana dan bertele-tele yang membuat si pembaca laporan semakin bingung dan tidak mengerti.
c. Lengkap (complete)
Kelengkapan tersebut menyangkut :
#. Permasalahan yang dibahas harus sudah terselesaikan semua sehingga tidak menimbulkan tanda tanya
#. Pembahasan urutan permasalahan harus sesuai dengan prioritas penting tidaknya permasalahan diselesaikan
d. Tepat waktu dan cermat
Tepat waktu sangat diperlukan dalam penyampaian laporan kepada pihak-pihak yang membutuhkan karena pihak yang membutuhkan laporan untuk menghadapi masalah-masalah yang bersifat mendadak membutuhkan pembuatan laporan yang bisa diusahakan secepat-cepatnya dibuat dan disampaikan.
e. Tetap (consistent)
Laporan yang didukung data-data yang bersifat tetap dalam arti selalu akurat dan tidak berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan akan membuat suatu laporan lebih dapat dipercaya dan diterima.
f. Objective dan Factual
Pembuatan laporan harus berdasarkan fakta-fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya maupun dibuat secara obyektif.
g. Harus ada proses timbal balik
a. Laporan yang baik harus bisa dipahami dan dimengerti sehingga menimbulkan gairah dan minat si pembaca
b. Jika si pembaca memberikan respon berarti menunjukkan adanya proses timbal balik yang bisa memanfaatkan secara pemberi laporan maupun si pembaca laporan

6. Sistematika Laporan

Laporan lengkap yang lengkap, harus dapat menjawab semua pertanyaan mengenai : apa ( what ), mengapa ( why ), siapa ( Who ), dimana ( where ), kapan ( when ), bagaimana ( how ).
Urutan isi laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah memahami. Urutan isi laporan antara lain sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Pada pendahuluan disebutkan tentang :
            1) Latar belakang kegiatan.
            2) Dasar hukum kegiatan.
            3) Apa maksud dan tujuan kegiatan.
            4) Ruang lingkup isi laporan.

2. Isi Laporan
Pada bagian ini dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan antara lain :
            1) Jenis kegiatan.
            2) Tempat dan waktu kegiatan.
            3) Petugas kegiatan.
            4) Persiapan dan rencana kegiatan.
            5) Peserta kegiatan.
            6) Pelaksanaan kegiatan (menurut bidangnya, urutan waktu pelaksanaan, urutan    fakta /  datanya).
            7) Kesulitan dan hambatan.
            8) Hasil kegiatan.
            9) Kesimpulan dan saran penyempurnaan kegiatan yang akan datang.

3. Penutup
Pada kegiatan ini ditulis ucapan terima kasih kepada yang telah membantu penyelenggaraan kegiatan itu, dan permintaan maaf bila ada kekurangan-kekurangan. Juga dengan maksud apa laporan itu dibuat.
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Contoh Laporan Sederhana:
(Nama Lembaga Penyelenggara)
Laporan Hasil Seminar
(Judul Seminar)
I . Pendahuluan
            a. Latar belakang seminar
            b. Tujuan seminar
            c. Hari/tanggal dan tempat seminar
II . Pelaksanaan Seminar
            a. Pembicara
            b. Moderator
            c. Notulis
            d. Peserta
III . Hasil Seminar (deskripsikan)
IV . Kesimpulan Seminar
V. Lampiran
            a. Susunan Panitia
            b. Makalah
            c. Daftar hadir

Mengetahui Tempat, tanggal bulan tahun Pembicara, Notulis,

Tugas B. Indonesia Proposal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Sehubungan dengan banyaknya perusahaan yang melayani public sehingg menyebabkan adanya antrian, dengan ini maka muncullah teori – teori dasar antrian salah satunya multi channel single phase. Dalam hal ini penulis ingin membahas Berapa banyak antrian yang terjadi pada  perseroan dengan menggunakan metode antrian yaitu Multi Channel - Single Phase untuk menentukan jumlah teller optimal yang sebaiknya dioperasikan pada hari kerja.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.    Bagaimana proses Antrian pada perseroan dengan menggunakan metode Antrian Multi Channel Single Phase.
2.    Berapa jumlah loket yang harus di operasikan agar pelayanan dapat optimal.

1.3 Tujuan Penelitian
1. apakah antrian di perusahaan persero tersebut sesuai dengan apa yang diterapkan dalam multi channel single phase, lalu apakah teori tersebut tepat untuk diterapkan di perusahaan persero tersebut
2.bagaimana dengan jumlah loket yang tersedia apakah sudah memadai ataukah masih harus dilakukan pembenahan seperti penambahan dan pengurangan loket.

1.4 Metode Penelitian
      Dalam pembuatan penulisan ini, khususnya untuk memperoleh data dan kesimpulan yang objektif. Dan memenuhi permasalahan yang dibahas, maka penulis melakukan berbagai cara untuk memperoleh data sebagai hasil riset. Namun,Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat optimisasi dari teori antrian multi channel single phase. Apabila yang terjadi lebih kecil dari yang diharapkan maka menunjukkan adanya ketidak puasan terhadap teori antrian yang diterapkan pada perusahaann persero tersebut. Dan apabila kenyataan sudah sama dengan harapannya yang menunjukkan adanya kepuasan konsumen akan teori antrian yang diterapkan. Serta apabila kenyataannya lebih besar dari signifikansi dari tingkat harapan maka konsumen merasa sangat puas terhadap teori antrian yang diterapkan oleh perusahaan persero tersebut.





BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori
Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari. Menunggu di depan loket untuk mendapatkan tiket kereta api atau tiket bioskop, pada pintu jalan tol, pada bank, pada kasir supermarket, dan situasi–situasi yang lain merupakan kejadian yang sering ditemui. Studi tentang antrian bukan merupakan hal yang baru.
      Antrian yang panjang sering kali kita lihat di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di super market saat para pembeli antri untuk melakukan pembayaran, di tempat cuci mobil : mobil antri untuk dicuci dan masih banyak contoh lainnya. Di sektor jasa, bagisebagian orang antri merupakan hal yang membosankan dan sebagai akibatnya terlalu lama antri, akan menyebabkan pelanggan kabur. Hal ini merupakan kerugian bagi organisasi tersebut.

2.2 Model Struktur Antrian
Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian :

1. Single Channel – Single Phase
Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu pelayanan.

2. Single Channel – Multi Phase
Istilah Multi Phase menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan (dalam phasephase). Sebagai contoh : pencucian mobil.

3. Multi Channel – Single Phase
Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi kapan saja di mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal, sebagai contoh model ini adalah antrian pada teller sebuah bank.

4. Multi Channel – Multi Phase
Sistem Multi Channel – Multi Phase ditumjukkan dalam Gambar 2.5. Sebagai contoh, herregistrasi para mahasiswa di universitas, pelayanan kepada pasien di rumah sakit mulai dari pendaftaran, diagnosa, penyembuhan sampai pembayaran. Setiap sistem – sistem ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahapnya






BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Dalam menulis penulisan ilmiah ini penulis mengambil objek tentang antrian di perusahaan persero , karena penulis merasa ingin tau seberapa besar tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan antrian yang diterapkan oleh beberapa perusahaan persero daerah. Maka dalam penulisan ini penulis menganalisis hal tersebut dan menjelaskan optimisasi  dan efisiensi dari teori antrian multi channel single phase.

3.2 Data / Variabel
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, antara lain :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari perusahaan secara langsung dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan pegawai toko dari minimarket tersebut dan penyebaran kuisioner yang diberikan kepada 50 konsumen yang datang berbelanja.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan secara tidak langsung melalui studi pustaka dimana pengambilan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang mendukung penulisan ini yang tidak diperoleh dari perusahaan.

3.3 Metode Pengumpulan Data / Variabel
Penulis menggunakan tiga cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penulisan ini :
a.Observasi yaitu mengadakan secara langsung aktivitas kegiatan perusahaan.
b.Wawancara yaitu dengan cara mendatangkan dan mewawancarai langsung pihak perusahaan yang bersangkutan.
c.Kuisioner yaitu data yang didapat berdasarkan dari sebaran daftar pertanyaan yang diberikan kepada 50 responden, yaitu para konsumen yang berbelanja pada supermarket tersebut.

3.4 Hipotesis
Ho : Metode multi channel single phase cocok di terapkan pada perusahaan PERSERO
Ha : Metode multi channel single phase tidak cocok di terapkan pada perusahaan PERSERO

3.5 Alat Analisis Yang Digunakan
Unsur unsur dasar model antrian bergantung pada faktor :
1. Distribusi kedatangan( kedatangan tunggal atau kelompok )
2. Distribusi waktu pelayanan ( pelayanan tunggal atau kelompok )
3. Rancangan sarana pelayanan (stasiun serial, paralel atau jaringan )
4. Peraturan pelayanan(FCFS, LCFS, SIRO) dan prioritas utama.
5. Ukuran antrian( terhingga atau tidak hingga ).
6. Sumber pemanggilan(terhingga atau tidak terhingga).
7. Perilaku manusia( perpindahan, penolakan atau pembatalan).
Situasi antrian dimana kedatangan dan keberangkatan (kejadian) yang timbul

3.6 Model Penelitian
selama interval waktu dikendalikan dengan kondisi berikut :
• Kondisi 1 :Probabilitas dari sebuah kejadian( kedatangan atau keberangkatan)
yang timbul antara t dan t +s bergantung hanya pada panjang s, yang berarti bahwa probabilitas tidak bergantung pada t atau jumlah kejadian yang timbul selama periode waktu (0,t).
• Kondisi 2 : Probabilitas kejadian yang timbul selama interval waktu yang sangat kecil h adalah positif tapi kurang dari satu.
• Kondisi 3 : Paling banyak satu kejadian dapat timbul selama interval waktu yang
sangat kecil h.
Ketiga kondisi diatas menjabarkan sebuah proses dimana julah kejadian selama satu interval waktu yang diberikan adalah Poisson, dan karena itu interval waktu antara beberapa kejadian yang berturut turut adalah eksponensial. Dengan kasus demikian, kita katakan bahwa kondisi kondisi tersebut mewakili proses Poisson.